Tuesday, April 21, 2009

Pembangkit Listrik di Luar Angkasa Mulai Dilirik

Solar Disc
Keterbatasan sumber energi di bumi menyebabkan para ilmuwan untuk mencari solusi di luar angkasa. Matahari masih menjadi sumber energi utama inovasi ini. Memanfaatkan teknologi satelit yang mengorbit bumi pada lintasan geostationer, energi matahari dikumpulkan dan diubah menjadi gelombang radio dan sejenisnya untuk kemudian ditransmisikan ke bumi dan diubah menjadi listrik. Jangan heran, tidak akan lama lagi akan bertebaran di angkasa dengan satelit-satelit pembangkit listrik secara kontinyu mengirimkan lsitrik ke bumi.

Solaren Corp. mendapat kontrak dari Pacific Gas & Electric (PG&E), perusahaan listrik di California untuk memasok 200 megawatt dari pembangkit listrik tenaga surya berbasis satelit. Kontrak diantara keduanya berlaku selama 15 tahun dan direncanakan Solaren akan mulai memasok listrik ke PG&E pada 2016 nanti.


Solaren merupakan perusahaan yang didirikan pada tahun 2001 memiliki markas besar di Manhattan Beach. Para pendirinya adalah sekumpulan insinyur satelit dan ilmuwan luar angkasa. Solaren mengkhususkan diri membangkitkan dan mendistribusikan listrik dengan harga yang kompetitif dan dibangkitkan dengan teknologi pembangkit listtrik tenaga matahari di angkasa (Space Solar Power /SSP) yang ditempatkan di lintasan orbit geosynchronous.

Menurut Gary Spirnak, CEO Solaren, saat ini perusahaan ini terdiri dari sepuluh insinyur dan ilmuwan, tetapi dalam waktu dekat akan tumbuh lebih dari 100 orang dalam 12 bulan mendatang seiring dengan persiapan pengembangan teknologi untuk memenuhi kontrak PG&E.

Tim Solaren terutama berasal dari the U.S. Air Force dan Hughes Aircraft Company yang telah puluhan tahun berpengalaman di bidang industri luar angkasa. Gary Spirnak sendiri dulunya adalah project engineer untuk spacecraft di U.S. Air Force dan juga direktur advanced digital applications pada Boeing Satellite Systems selain berbagai posisi lainnya yang pernah disandang.

Kenapa harus di luar angkasa? Alasan pertama adalah energi matahari di luar angkasa jauh lebih besar dibandingkan di permukaan bumi, bisa mencapai sepuluh kalinya. Di luar angkasa, cahaya matahari tidak akan terhalang oleh awan dan maslah cuaca. Tidak ada masalah dengan siklus hari, siang – malam. Dengan demikian, pembangkit listrik tenaga surya di luar angkas dapat beroperasi selama 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu non-stop.

Alasan lainnya, di luar angkasa tidak ada masalah dengan kepemilikan area sebagaimana di permukaan bumi. Kebutuhan lahan bagi instalasi pembangkit ini hanya pada stasiun penerima di bumi.

Dalam wawancara-nya dengan Next100.com, Gary Spirnakmenjelaskan teknlogi pembangkitan Solaren's menggunakan satelit di orbit bumi untuk mengumpulkan energi matahari melalui solar panel dan mengubahnya menjadi listrik. Listrik ini akan diubah menjadi gelombang radio menggunakan solid state power amplifiers (SSPA) yag terpasang di satelit. Gelombang radio yang dihasilkan akan dipancarkan ke pusat penerima di bumi yang mengubah gelombang radio menjadi listrik kembali dan menyalurkannya ke jaringan listrik PG&E.

Belum lama, ilmuwan Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) pada akhir Februari lalu telah berhasil On memuluai uji coba sistem transmisi tenaga gelombang pendek (microwavepower transmission system) yang didesain untuk mengirimkan energi yang diperoleh dan dikumpulkan satelit dari matahari ke bumi. Dalam beberapa seri percobaan di Taiki Multi-Purpose Aerospace Park, Hokkaido para peneliti menggunakan antenna berdiameter 2.4 meter untuk mengirimkan gelombang microwave dan mengubahnya menjadi listrik.

Sebagaimana dilaporkan Hokkaido Shinbun, JAXA merencanakan sistem ini akan siap beroperasi pada tahun 2030. Sistem ini akan terdiri dari kolektor matahari raksasa yang mengorbit bumi pada lintasan geostationary setinggi 36,000 kilometer dan dapat membangkitkan listrik sebesar 1 GW yang cukup untuk memenuhi kebutuhan setengah juta rumah di Jepang.

sumber:
http://www.energiterbarukan.net/


No comments:

Post a Comment

Statistik

Traffic Rank :
Counter :  free web counter Counter Powered by  RedCounter
dns failure
Stats :
Total Artikel :
Page Rank